Sebuah Blog Mahasiswa Absurd

Udah, dibaca aja... pasti seru kok.

Jumat, 02 September 2016

Why am I being not so productive for these years?

5 komentar
Edisi kali ini. Gue mau curhat.
Ya.. gue curhat lagi
Seneng banget kan emang si mirza ini curhat dalam blognya.
Tenang, curhatnya bermanfaat kok. Gak buat ngomongin masalah kegalauan gue akan ketidakbisa move on-an dari devilnight, bukan juga mengenai manusia-manusia lain yang sering gue ceritakan di blog ini.

Gue mau curhat, mengapa gue merasa sangat sangat amat tidak produktif beberapa tahun belakangan ini. liat noh. udah sangatnya dua kali ditambahin amat -___-

I told you that, dulu gue ini suka nulis. Nulis cerpen, nulis cerita, naskah drama, bahkan ngeblog.. jarang banget kan gue ngeblog belakangan ini.. walaupun emang gue nggak pernah ikut dan menangin lomba cerpen apapun, atau kayak ikutan ngirim cerpen supaya dimuat di majalah.. Ya, pokoknya gue seneng sama dunia begini-beginian, karena gue merasa dulu ini dunia gue, dimana gue bisa bebas mengeluarkan apa yang gue pikirkan, mengekspresikan apa yang pengen gue ungkapkan, dan kebetulan memang gue ini adalah orang yang lebih ekspresif melalui tulisan, bukan ekspresif secara lisan.

Tapi entah kenapa feel gue buat mulai masuk ke dunia tulis menulis ini tiba-tiba hilang di tengah jalan. I am totally lost. I am neither happy or sad facing these problems. Malahan rasanya, kayak sesuatu hilang, dan gue rindu. Gue rindu nyari ide cerita sampe tengah malem, rindu rasanya ngetik cepet karena takut ide itu bakal ilang kalo nggak buru-buru diketik, atau rindu senyam-senyum sendiri saat udah dapet ide cerita.

Beberapa hari yang lalu, gue kembali mencoba membuka folder bernama 'cerita' yang berisi tulisan-tulisan gue. Banyak sekali cerita yang belum selesai. Kinda sad, karena gue pengen semua tokohnya mendapatkan ending yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Sedih karena, gue udah lupa ide cerita awal buat cerita-cerita yang udah gue bikin setengah jalan itu, dan pada akhirnya cerita-cerita yang udah gue lupain ide awal ceritanya itu berakhir di recycle bin karena gue nggak tahu harus berbuat apa kepada mereka.

I remember the reason why i stopped writing. 2014 gue sudah mulai sibuk dengan segala pertarungan memperebutkan kursi di PTN, dan melupakan hal-hal yang seperti ini. setelah selesai, gue mencoba memulai, tapi hasilnya kosong. gue stuck. gak ada inspirasi apa-apa. dan, gue kembali membaca karya-karya yang udah gue tulis, kok gue ngerasanya skill gue nggak bertambah ya. Lalu gue membandingkan sama novel-novel yang gue beli dari penulis-penulis kondang, kok kayaknya cerita gue gak bermutu sama sekali. gue jadi minder, totally get lost in inspiration, motivasi buat nulis juga semakin lama semakin pudar.

2016, target gue adalah kembali menulis. Gue berdoa agar target ini bisa terpenuhi, karena menulis adalah salah satu modal yang gue punya, dan modal itu harusnya gue kembangkan, bukan di pendem karena gue minder atau apalah. Gue berdoa semoga semesta membantu gue untuk bertemu sang dewa-dewi inspirasi.

Semoga kelak dimasa depan...
Gue bisa dengan bangga menunjukkan karya-karya gue ke kalian.
Semoga...





#deletedsoon #biarkekiniankayakabgjamansekarang

Jumat, 12 Agustus 2016

Review film : Once (2007)

Tidak ada komentar
Hai, hai. Belakangan ini gue emang lagi sering banget nonton film. Liburan, gabut banget deh jadinya. Mau main, duit jajan lama-lama abis nanti kalau main terus. Lantas akan makan pakai apa gue nanti di Solo kalau uang jajan sudah habis sebelum balik ke medan perang. Umm. sebenernya film ini udah pernah gue tonton, tapi gue tonton ulang karena gue kangen sama film ini. Iya, gue emang gitu orangnya.. terus yaudah, kok gue kayak iseng-iseng kepikiran buat ngereview film ini. So, enjoy this, my first movie review..




Film karya John Carney ini bercerita tentang seorang cowok (Glen Hansard), pengamen jalanan di Kota Dublin yang sebenarnya punya bakat buat nulis dan bikin lagu, cuman dia kurang pede karena nganggep kalau orang-orang nggak bakal suka sama karyanya, sehingga dia cuman mainin lagu-lagu ciptaannya sendiri di malam hari, saat jalanan udah sepi. Lalu tiba-tiba muncul seorang cewek (Marketa Irglova) yang ternyata suka dengan lagu-lagu ciptaannya. Cewek inilah yang kemudian akan membantu meyakinkan si cowok untuk pede dan mengembangkan karir bermusiknya.

Ya, pokoknya inti dari cerita di film ini dua karakter itu lah ya.. 

Btw sampe akhir film mereka berdua kayaknya emang nggak tau nama satu sama lain, soalnya gue pun sebagai penonton nggak tahu siapa nama tokoh mereka di film ini.

Gue pribadi suka banget sama film ini. Romantis, tapi ya gak romantis-romantis amat. Gimana ya.. Pokoknya film ini tipe film yang nggak bakal kena sensor lebaynya KPI deh. Selain itu, gue juga sangat-sangat menikmati lagu-lagu yang ada di film ini. Hampir semua lagunya gue suka, apalagi lagu yang pertama mereka nyanyiin secara duet, Falling slowly. Adem banget, gue ketagihan banget dengerin lagu ini, dan by the way lagu ini juga berhasil menang piala oscar kategori best soundtrack (Kalau nggak salah).

Ini lagu-lagu favorit gue dari film Once




Untuk kualitas gambarnya emang rada-rada ganggu sih ya, kayak low budget gitu (Ya emang aslinya low budget filmnya. Haha). Kameranya goyang-goyang dan zoom in-zoom outnya berasa banget, kasar. Aktingnya Glen sama Marketa juga masih rada kaku gitu gue ngerasanya. Ya mungkin karena based mereka itu musisi, bukan aktris/aktor jadi wajarlah. Tapi buat gue problem diatas nggak masalah sih, karena overall gue terhibur banget nonton film ini. Menurut gue film ini berbeda sama film-film romance lain yg isinya menye-menye dan kadang gak rasional. Walaupun low budget, tapi lumayan lah.. dan juga film ini nggak bikin tangan gue gatel pengen cepet-cepet ngescroll tuner, ngeskip-skip bagian film supaya cepet nyampe endingnya. wkwk.

Ngomongin ending, satu-satunya yang bikin gue rada nggak males dari film ini adalah endingnya..
Endingnya rada-rada bikin nyeseg gitu.. Bikin gemes.

Salah satu scene krusial di film ini

Bikin kepo banget. Gak dikasih tau apa arti kalimat yang diucapin ceweknyaaa di subtitle :(

Ya, menurut gue sih nyeseg ya, gatau kalau pas kalian nonton nanti gimana. hehe, dan endingnya memang rasional sih. Kalo endingnya beda sih kayaknya bakalan jadi biasa aja. haha.

Kalau boleh gue kasih rating, ya gue kasih nilai 8,5/10 buat film ini deh. Karena gue suka banget sama soundtracknya, dan film ini seperti yang gue bilang, menawarkan hal berbeda dari film lain.



Nb :
Oh iya, btw Glen Hansard dan Marketa Irglova setelah film ini sempet beneran pacaran beberapa tahun gitu, dan ngebentuk band juga namanya The Swell Season. Lagu-lagu bandnya lumayan ear-catching sih.. Cumaaann, sekarang mereka udah putuusss :(:( dan Marketa-nya udah nikah sama orang lain. so sad :")

Jumat, 29 Juli 2016

Planologi, kenapa aku pilih kamu?

Tidak ada komentar
            Cara gue masuk pwk bisa dibilang berliku-liku dan penuh drama. Kenapa drama? Soalnya penuh dengan tangisan. Wkwk. Gimana nggak nangis, sedih rasanya berkali-kali ditolak sama PTN. Rasanya tuh lebih menyakitkan daripada ditolak gebetan atau diputusin pacar. Rasanya juga lebih nyesek daripada cinta bertepuk sebelah tangan. Lebay lu. Emang. Lah suka-suka dong, kan gue yang ngerasain.
            Kalau boleh cerita, cita-cita awal gue sejak kelas 3 SD ingin jadi arsitek. Pokoknya kalau ditanya orang-orang mau jadi apa atau mau lanjut kuliah apa, pasti gue jawab dengan pedenya kalau gue ini calon arsitek. Saking kepengennya gue jadi arsitek, gue sampai nyari tahu sedetail-detailnya mengenai dunia arsitektur dan bikin rencana hidup sampe 20 tahun kedepan seandainya gue beneran jadi arsitek (Rencana hidup 20 tahun? Sudah terlihat bukan bakat gue sebagai anak PWK? Haha)
            Menjelang kelas 3 SMA akhir, gue terpaksa mencari jurusan lain karena gue nggak bisa ngisi seluruh pilihan di form SNMPTN dengan pilihan arsitektur. Jadilah gue mulai melirik jurusan lain yang hampir mirip sama arsitektur. Jurusan yang gue tahu pasti hampir mirip dengan arsitektur itu adalah teknik sipil. Gue mengakui bahwa gue sangat lemah dan malas sekali dengan itung-itungan berbau fisika, jadi sudah pasti teknik sipil dihapus dari pilihan. Sampai pada akhirnya, suatu hari gue melihat di penjelasan di web ITB mengenai SAPPK. Ternyata setelah masuk SAPPK, maba-maba ini akan dipisah lagi menjadi arsitektur dan planologi. Sejak itulah gue mengenal dan tertarik mengenai jurusan planologi atau PWK.
            Setelah melewati berbagai ujian hidup (Baca : SNMPTN, SBMPTN, SIMAK UI, UM-UM lain) dan hasilnya mengecewakan.. Belum, belum. Ujian hidup belum berakhir. Karena gue ini orangnya pantang menyerah, gue masih nyoba ujian terakhir di bulan Agustus, namanya UMBPTN, meskipun di ujian ini gue udah sangat pasrah apapun hasilnya.
            Entah kenapa, seperti diarahkan oleh Yang Maha Kuasa, gue meletakkan PWK di pilihan pertama dan Arsitektur di pilihan kedua saat pengisian form UMBPTN. Alasannya, karena passing grade PWK di kampus gue lebih tinggi dari passing grade arsitektur pada waktu itu.
            Setelah melewati ujian dan tetek bengeknya, pengumuman tiba. Yeah, akhirnya gue diterima juga. Seneng banget rasanya waktu itu akhirnya masuk PTN. Tapi sedih juga sih, karena nggak sesuai ekspektasi. Galau banget pokoknya waktu itu. Pake nangis-nangisan. Ya, setelah beberapa kali sholat istikoroh dan melalui pertimbangan-pertimbangan lain, akhirnya gue terima pinangan dari PWK untuk menjadi jalan hidup menuju kesuksesan. Yeah, sepertinya saya memang sudah digariskan untuk berjodoh dengan PWK, dan sepertinya saya tidak menyesal hingga detik ini. Wkwk.
            Nggak usah ragu. Impresi awal mengenai jurusan ini memang kayak, Apaan sih ini jurusan, kok kayaknya nggak ngetop amat. Kenapa namanya planologi? Belajarnya apaan aja sih kalau masuk jurusan ini? Kok katanya semuanya dipelajari? Ntar kerjanya apaan sih? Tenang, perlahan semuanya akan jelas setelah kamu mulai kuliah, apalagi setelah kamu dapat mata kuliah bernama Studio perencanaan. Nikmatilah kejayaanmu sebagai anak PWK saat studio nanti. HUAHAHAHAHA.
            Buat kamu yang suka tantangan, PWK tempatnya. Entah itu tantangan untuk berbicara dan mempresentasikan hasil kerja kamu di depan umum, entah itu tantangan untuk ngerjain laporan survey dan tugas lain dalam rentetan deadline yang berdekatan, entah itu tantangan buat mengenali dan mengatasi berbagai tipe-tipe manusia dalam sebuah tim, tantangan untuk mendengarkan pendapat orang lain serta menahan ego dalam kerja tim, dsb dsb, ya anak PWK di tuntut untuk bisa itu semua.
            Buat yang udah keterima PWK tapi masih ragu karena nggak sesuai sama cita-cita awal, nggak usah ragu. Yakinlah bahwa rencana yang diberikan olehNya lebih baik dari rencana kita. Siapa tahu Tuhan sedang menunjukkan jalan bahwa dengan kuliah di PWK kamu bisa jadi lebih sukses daripada jika kamu kuliah di jurusan lain. Takdir kan gak ada yang tahu, bosque. Wkwk. Bakal banyak banget juga momen-momen indah yang kamu laluin di jurusan ini dan bikin kehidupan kampusmu antimainstream, kayak ngumpul di basecamp bareng temen-temen buat nugas, pahit manisnya bikin berbagai jenis peta (HAHAHA), ngerasain gak tidur bareng temen-temen kelompok buat bikin rumusan isu strategis, analisis-analisis dan sebagainya, debat-debat sengit pas kerja kelompok, rasanya di php-in sama orang-orang kedinasan, momen-momen ngewawancarain warga, banyak pokoknya hal-hal yang mungkin nggak bisa dirasain sama jurusan lain. Yo adik-adik, semangat SBMPTN dan UM-UM lain ya! Tak tunggu kalian jadi bagian dari PWK.

Salam Planners!


By the way, buat kalian yg baru jadi anak PWK, atau berminat jadi anak PWK, boleh banget cek web-nya komunitas jurnalistik mahasiswa PWK di petadasarfixbanget.com